yulitaadriyanti12@gmail .com

Menyingkap Teori Barat yang Mengajarkan Tauhid


http://www.yulitaadriyanti12345.com, di antara tag <head> dan </head>

SALIN KODE
Tidak tahu apa yang harus dilakukan? Kunjungi Pusat Bantuan kami.
Sembunyikan Kode

Bismillahirrahmanirrahim.

Bukti Keterbatasan Manusia

      Terdapat ungkapan yang mengatakan "kenali dirimu, maka kau akan mengenal Tuhanmu". Tiada petunjuk yang akan sampai kepada manusia ketika ia tidak mencarinya. Dari ungkapan tersebut seharusnya kita terdorong untuk mencari tahu segala yang berkaitan dengan diri kita. Dan, tidak ada pula landasan yang terbaik diantara yang terbaik untuk mencari petunjuk tersebut yaitu Al-Qur'anul qarim. Mencari kebenaran pun pada dasarnya kita tidak harus menjadi sarjana filosofi dan agama terlebih dahulu. Mencari kebenaran adalah hal yang tidak bisa dibatasi untuk manusia melakukannya terus menerus hingga waktu yang tidak ditentukan. Bahkan beberapa teori barat yang mengajarkan kita sendiri tentang adanya Tuhan akan terjawab oleh Al-qur'an. Beberapa teori tersebut diantaranya:

   Pertama, Teori Relatifitas (Einstein), teori ini menjelaskan bahwa dunia (bumi) terbatas oleh   empat dimensi yaitu ruang, waktu, daya, dan guna. Teori ini menjelaskan bahwa alam raya terbatas. Sehingga apabila terdapat pertanyaan seperti: "di mana Tuhanmu?", maka jawabannya adalah karena alam raya terbatas oleh dimensi ruang maka kita tidak bisa melihat Tuhan itu sendiri. Yang mana Tuhan itu adalah tidak terbatas. Kemudian pertanyaan berikutnya "kapan?",maka itu terbatas oleh dimensi waktu. pertanyaan "bagaimana?", maka itu terbatas dimensi wujud dan daya. Maka dari itu alam raya yang terbatas dan Tuhan (Allah) itu tak terbatas.
Teori pun terjawab dalam surah yang pendek, padat dan mengandung bobot tauhid yang luar biasa yaitu Qs. Al-ikhlas yang artinya "(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan dia". Ayat ini telah menjelaskan bahwa Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, terlebih lagi tidak ada yg bisa menyetrainya atau menyerupainya. Sehingga manakala kita ingin melihat Tuhan itu mustahil. Bahkan sekalipun kita mempertuhankan yang nampak, maka ia bukanlah Tuhan yang sebenarnya. Sebab segala sesuatu yang terdapat di alam raya adalah terbatas sedangkan Allah itu tak terbatas. Dijelaskan pula dalam Qs. Ar-rahman bahwa semuanya adalah fana kecuali Allah pengatur alam semesta yang baqaa (kekal). 

      Selain itu, di dalam Al-qur'an juga telah diabadikan kisah Fir'aun manakala ia berkata kepada Nabi Musa bahwa ia tidak akan menyembah Tuhannya Musa sampai ia melihat dengan mata kepalanya sendiri (Qs. Al-baqarah: 55). Fir'aun mengatakan demikian, Padahal mata itu terbatas. Dalam ilmu epistemologi pun menjelaskan bahwa mata adalah instrumen yang selalu melakukan kesalahan. Sehingga kita tidak perlu menyombongkan segala sesuatu yang terlihat oleh mata. Karena sesuatu yang diraih dengan instrumen yang terbatas maka apa yang diraih itupun adalah bersifat terbatas. Berarti manusia itu terbatas, alam itu terbatas, dan hanya Allah yang mutlak tak terbatas.

  Kedua, Teori Non Ahtomatics, menjelaskan bahwa segala yang terjadi tidak serta merta atau bukanlah kebetulan. Dengan kata lain tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa sebab. Bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi secara otomatis. Dimana ada akibat pasti ada sebab. Teori ini pula yang menjelaskan adanya pencipta alam raya. Tidak mungkin alam raya terjadi begitu saja tanpa ada yang menyebabkan adanya alam raya, dalam hal ini pencipta "who is the creator"?

      Sedikit mengungkit sejarah Nabi Ibrahim yang diabadikan dalam Qs. Al-an'am: 75-79 tentang Ibrahim yang mencari tuhan. Ketika ia melihat bintang dan mengatakan "inilah Tuhanku", akan tetapi bintang itu menghilang ketika menjelang subuh. Sehingga Nabi Ibrahim pun berkata "aku tidak suka tuhan yang terbatas". Kemudian ketika melihat bulan ia kembali mengatakan hal yang sama. Akan tetapi sama halnya dengan bintang, bulan menghilang ketika menjelang subuh. Ketika melihat matahari, ia mengatakan hal yang sama, "yang ini lebih besar, barang kali inilah tuhanku". Akan tetapi matahari menghilang menjelang malam. Di sinilah Ibrahim pun mengatakan kepada Allah "seandainya engkau ya Allah tidak memberi kami petunjuk, niscaya kami akan menjadi kaum yang sesat". Kata Allah dalam surah iftitah "wajahkan wajahmu kepadaku wahai Ibrahim, akulah (Allah) pencipta langit dan bumi". Maka ketika kita meyakini bahwa alam raya tidak terjadi begitu saja, berarti sudah semestinya meyakini bahwa Allah adalah penciptanya. Akan tetapi, sampai di sini saya yakin, bahwa pertanyaan akan kembali muncul tentang siapa dan di mana Tuhan itu berada. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki manusia, manusia tidak akan mampu mengindrai yang namanya Tuhan (Allah).

      Demikianlah pertanyaan-pertanyaan nakal yang dilontarkan oleh kaum penganut paham materialisme, sekulerisme, hedonisme dan sebagainya. Yang hanya percaya pada sesuatu yang nampak atau bersifat material. Seorang professor mengatakan "semakin maju zaman, semakin tinggi peradaban dan kebudayaan manusia, semakin luas pula otoritas intelektual manusia". Lambat laun tapi pasti, manusia kemudian berlomba-lomba meninggalkan agama. Hal ini dikarenakan agama menurut anggapan mereka tidak lagi dapat menjawab kebutuhan ummat manusia dan tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman.

      Teori non automatics inilah yang justru telah menjawab atau menggugurkan teori atheis. Yang katanya tak bertuhan. Namun pada hakikatnya ia bertuhan yaitu mempertuhankan akalnya, yang sebenarnya akalnya pun tidak sanggup dijangkau oleh matanya yang terbatas.

   Ketiga, Teori The Most yaitu paling, ter-, dan sebagainya. Sebagai contoh: mulia, paling mulia, termulia. Teori ini menjelaskan bahwa pasti ada kebenaran objek diantara kebenaran subjektif. Pasti ada agama diantara gama-gama.

      Teori ini terjawab dalam surah yang pendek yaitu surah Al-ikhlas yang artinya "katakanlah (Muhammad), dialah (Allah) yang Maha Esa. Kata "ahad" di sini tidak hanya bermakna satu karena satu itu berjumlah, berkali, berbagi, berkurang. Akan tetapi, kata "ahad" bermakna esa (tunggal).
 
      Kemudian mengenai kebenaran, Allah pun menjawab dalam surah Al-fatah: 28, menjelaskan bahwa Dialah yang mengutus Rasulullah SAW dengan hidayah dan agama yang benar. Agar dimenangkan dan ditampakkannya kebenarannya di hadapan semua agama dan cukuplah Allah yang menjadi saksi.

      Seorang Prof. Lord dari bangsa Rusia, ia memcari kebenaran melalui dua belas agama. Dia memasuki agama satu ke agama lainnya. Akan tetapi ia sangat membenci agama islam sehingga ia menempatkan agama islam sebagai agama yang terakhir diteliti olehnya. Namun, justru karena kebenciannyalah yang kemudian membuat ia jatuh cinta terhadap islam dan ia pun memeluk agama islam. Hal demikian itulah yang kemudian mengingatkan kita pada ungkapan "janganlah engkau membenci sesuatu dengan amat sangat benci, boleh jadi suatu saat engkau akan cinta" atau "janganlah engkau mencintai sesuatu dengan amat sangat cinta, boleh jadi suatu saat engkau akan benci."

   Keempat, Teori Super Nature Power, yaitu kekuatan metafisik yang luar biasa. Suatu kekuatan yang tidak diketahui. Teori ini mengajarkan adanya suatu kekuatan yang tidak mampu dijangkau oleh manusia. Sebagai contoh, ruh yang sampai sekarang tidak ada satu professor pun yang mampu melihat bagaimana bentuk dan warnanya. Ruh inilah yang menghidupkan jasad. Namun tidak ada yang mampu mencapai apalagi meneliti ruh itu sendiri.

     Allah menjawab teori ini dalam Qs. Al-isra: 85. Pada ayat ini terdapat kata "Qalila" yang menerangkan tentang ilmu yang dimiliki oleh manusia. Diabadaikan pula dalam Qs. Al-isra: 85 tersebut, tentang kisah seseorang yang melontarkan pertanyaan kepada Imam Ali "apakah itu qalila?". Imam Ali tidak langsung menjawab "sedikit." Akan tetapi, ia menjawab dengan analogi semisal manusia mencelupkan tangan ke lautan maka tetesan-tesan yang jatuh itulah ilmu yang dimiliki manusia. Tetesan itulah ilmu manusia sedangkan lautan adalah ilmu Al-qur'anul qarim. Sehingga dapat dikatakan bahwa secerdas-cerdasnya manusia, ilmunya hanyalah sedikit. Kalaupun kita melakukan perbandingan maka itu hanyalah perbandingan yang bodoh dan naif.

      Berkenaan dengan ruh. Kita tidak akan pernah tahu seperti apa warna dan bentuknya sebagaimana kita tidak akan pernah tahu kapan, di mana, dan bagaimana kita meninggal.

      Apapun pertanyaan yang sampai hari ini terlontarkan dan hinggap di kepala sampai hari ini dan berkenaan tentang Tuhan, tidak ada sumber yang terbaik diantara yang terbaik selain Al-qur'an. Prof. Lord yang mencari kebenaran pun akhirnya menjadi mu'allaf. Begitu pula kisah Jamilah Kolocotronis yang menjadi mu'allaf. Ia yang awalnya bercita-cita menjadi seorang pendeta dan berusaha membuktikan betapa tersesatnya orang Islam. Ia pun mendapati Al-qur'an di sebuah perpustakaan. Akan tetapi ia tidak lain hanyalah ingin mencari kesalahan Al-qur'an yang mana di dalamnya terdapat beberapa kalimat yang kontradiksi dan ia tidak menemukan kesalahan sedikitpun setelahnya. Ia justru mendapat hidayah lewat penelitiannya tersebut. Ia yang begitu meyakini dirinya mampu mengkaji Al-qur'an dengan mudah saja dikarenakan statusnya sebagai seorang sarjana filosofi dan agama. Akhirnya ia menjadi mu'allaf setelah ia melakukan pelatihan pendeta. Dan, di sinilah ia menemukan kesalahan dari agamanya sendiri. Terdapat perjanjian di dalamnya bahwa mereka para pemdeta tidak boleh membeberkan bahwa Al-kitab yang mereka pakai bukan kitab suci. Dia menjadi semakin yakin untuk menjadi penganut agama islam setelah kejadian malam itu.

      Prof. Lord mengatakan "jika kamu berpikir sungguh-sungguh, maka ilmumu akan memaksamu untuk mencari Tuhan." Paling tidak kita dapat mengambil pelajaran dari dua kisah tersebut. Dari kisah tersebut mengajarkan kita bahwa tidak ada yang salah jika kita ingin mencari suatu kebenaran. Kebenaran yang mana kita bisa meraihnya dengan usaha yang tidak biasa-biasa saja. Tidak ada kata lelah dalam mencari kebenaran. Bersiaplah kita menghadapi kekalahan ketika lahir Prof. Lord lainnya yang melakukan penelitian lantas memeluk agama islam yang secara tidak langsung ia telah mendalami islam itu sendiri lewat penelitiannya. Sementara kita masih masih berleha-leha dengan status agama keturunan. Karena agama orang tua islam maka kita juga beragama islam dan tidak pernah mendalami, mempelajari agama islam. Bahkan menyentuh Al-qur'an pun jarang, apalagi mengamalkannya. Bukankah mengamalkan itu lahir dari paham? bukankah mengamalkan itu lahir dari penghayatan? bukankah penghayatan itu lahir dari paham? bukankah paham itu lahir dari membaca? dan bukankah pula membaca itu lahir dari menyentuh?

      Oleh karena itu, marilah kita membaca, memahami, mempelajari Al-qur'an dan mengamalkannya. Satu bencana bagi orang bodoh karena kebodohannya. Dan, tujuh bencana bagi orang yang berilmu namun tidak mengamalkannya. Karena kata Allah celakalah apabila pengetahuan itu sampai kepada mereka namun tidak mengamalkannya.

~Fastabiqul Khaerat~

   

     

     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Student's Experiences

Jangan Nilai Covernya

Jangan Nilai Covernya      Suatu hari,  seorang laki-laki masuk di restorant yang tergolong elit dengan baju compang camping. Rest...

Jangan Nilai Covernya