yulitaadriyanti12@gmail .com

Konsistensi dan Kebijaksanaan


Konsisten dan Bijak dalam Bersikap

      Terdapat banyak hal yang kita lewatkan dan mengabaikan hal-hal sepele namun cukup mengolah cara kerja otak kita. Berapa banyak peristiwa yang terjadi di sekeliling kita, namun tidak sempat mengambil hikmah dari peristiwa sekecil apapun itu.
      Sebuah anekdot yang memiliki hikmah dalam memahami hakikat dari hal sederhana sekalipun tidaklah mudah. Oleh karenanya kita mesti belajar fokus terhadap hal-hal sederhana yang dapat memberikan dapmpak postitif bagi perkembangan otak.
      Sebuah kisah berikut dari salah seorang sufi, filsuf, dan pendakwah Islam terkenal berasal dari Dinasti Seljuk (Turki) yaitu Nasruddin Hodja. Kisah yang disertai dengan humor di dalamnya. Dan, mampu memberikan pelajaran bagi para pembaca dalam mengenal tentang diri (knowing self). Jalan seseorang atau cara seseorang mengenal diri sering juga disebut tasawuf atau jalan yang ditempuh oleh seorang sufi. Sufi sendiri adalah sebutan untuk ahli tasawuf.
     
      Pada suatu masa, seseorang ingin belajar tentang kebijaksanaan dari Nasruddin. Nasruddin pun bersedia mengajarinya dengan catatan kebijaksanaan hanya mampu dipelajari dengan praktik.
      Seseorang tersebut pun datang pada malam itu. Ia mendapati Nasruddin sedang meniup-niup api kecil yang ada di hadapannya. Orang tersebut bertanya "mengapa engkau meniup api tersebut?"
      "Agar lebih panas dan apinya menjadi lebih besar," jawab Nasruddin. Kemudian setelah api besar, Nasruddin memasak sup. Setelah sup masak, ia meniup-niup sup tersebut. Seseorang ini kembali bertanya "mengapa kau meniup sup itu?"
   
       "Agar lebih dingin dan enak dimakan," jawab Nasruddin. Seseorang tersebut kemudian keliru dan menganggap Nasruddin tidak konsisten dengan pengetahuannya. Oleh karenanya orang ini merasa bahwa ia tidak ingin belajar dari Nasruddin.
       Perihal konsisten menurut si darwis adalah tindakan dengan menggunakan metode yang sama pada objek yang berbeda sehingga menghasilkan hasil yang sama pula. Dua objek yang berbeda namun memiliki suhu yang sama dan menggunakan metode yang sama yaitu dengan tiupan. Akan tetapi, menghasilkan output yang berbeda. Sehingga menurut Nasruddin, metode boleh sama namun tidak mesti hasilnya sama pula.
      Ada dua hal yang diajarkan oleh Nasruddin; pertama, untuk mencapai sesuatu, ada banyak jalan untuk mencapainya. Untuk mencapai sesuatu, kita dapat menggunakan metode yang berbeda terhadap objek yang sama dan dengan hasil yang sama pula. Misalnya, untuk mencapai angka dua, satu ditambah satu bukan satu-satunya jalan. Artinya setiap orang dapat menempuh jalan yang berbeda menuju Ilahi. Kemudian yang kedua, ialah meskipun kita berada di jalan yang sama atau menggunakan metode yang sama terhadap objek yang berbeda, tetapi hasilnya tidak mesti sama. Untuk itu, kita mesti bijak dalam bersikap. Bijak mempelajari sesuatu bahwa tidak semua ilmu itu buruk dan tidak semua ilmu itu baik. Konsusten dan bijak berarti bisa menempatkan diri sesuai porsi, situasi dan kondisi.
      Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (Daring), konsisten memiliki makna tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; selaras; sesuai (perkataan dan perbuatan). Jadi, kosisten bukan berarti tetap sama untuk semua persoalan. Akan tetapi dengan mengetahui kisah tersebut di atas, maka makna yang sesuai dengan kata konsisten adalah kata selaras dan sesuai.
      Jika saja konsistensi dimaknai dengan ucapan yang sama, maka akan sangat aneh pada masalah berikut.
      Seorang teman lama tidak bertemu bertanya pada Nasruddin, "berapa umurmu?"
       "Empat Puluh," jawab Nasruddin. Sedangkan pada pertemuan beberapa tahun lalu ia juga pernah ditanya dengan pertanyaan yang sama dan oleh orang yang sama pula. Temannya menjadi heran. Ia pun mengatakan "Anda mengatakan hal yang sama beberapa tahun yang lalu." Nasruddin kemudian menjawab "iya, saya konsisten dengan perkataan saya".
      Dari kisah tersebut, Nasruddin mengajarkan pada temannya. Bahwa konsistensi tidak dapat dipandang sebagai sebuah ucapan semata yang harus sama dari waktu ke waktu. Konsisten adalah sikap yang sesuai, selaras, ajeg dan sesuai dengan keadaan. Konsisten akan tetap sama (tidak berubah-ubah) terhadap objek yang berbeda lebih tepatnya berlaku pada hukum kecuali ada pengkhususan dari dalil setelahnya.
    
      Begitu pula konsisten dalam pembelajaran. Maksud dari konsisten dalam belajar bukan berarti mempelajari hal yang sama dari waktu ke waktu bukan? Konsisten dalam dalam hal ini berarti belajar terusenerus atau istiqamah dan tidak pernah bosan untuk menempah kemampuan diri. Dalam proses belajar mengajar, guru juga tidak mesti menggunakan satu metode untuk 30 peserta didik. Begitu pula dengan 30 peserta didik yang diajar dengan metode yang sama, akan menghasilkan output yang berbeda.
   

Manusia Sebagai Makhluk Berprasangka

    Manusia Sebagai Makhluk Berprasangka
       
Pernahkah kalian bertanya-tanya mengapa surga diciptakan brtingkat-tingkat? Jawabannya sangat sederhana, karena manusia tidak diciptakan sama. Allah telah menciptakan manusia beraneka rupa dan sifatnya masing-masing. Ada yang datang tepat waktu, ada pula yang datang terlambat, atau bahkan tidak datang sama sekali. Demikianlah manusia diciptakan berbeda-beda sehingga dapat mengenal dirinya. Melalui perbedaan tersebut, mengundang prasangka masing-masing. Prasangka ini pun menandakan manusia sebagai makhluk yang tergesa-gesa. Prasangka sering kali datang lebih cepat daripada yang kita pikirkan. Banyak orang belum bertanya, namun kita telah lebih dulu memberikan jawaban. Ada orang yang membeli kulkas namun kita yang kedinginan. Prasangka selalu membuat manusianya terpeleset dari kebenaran.
     
      Persepsi manusia pun sebenarnya adalah sebuah prasangka jika ia tidak memiliki landasan yang benar. Hal ini tidak terlepas dari tingkat pemahaman manusia yang berbeda-beda. Akan tetapi, yang perlu dipertanyakan adalah prasangka apa yang dilontarkan oleh manusia itu sendiri. Apakah prasangka baik atau buruk. Masing-masing prasangka ada dampak tersendirinya. Ketika terlalu berprasangka baik maka bersiaplah Anda untuk ditipu. Ketika berprasangka buruk maka bersiaplah untuk menerima doa-doa Anda sendiri. Adanya ungkapan bahwa setiap kata adalah doa dan apabila prasangka buruk ini disebar melalui gosip, desas desus dan sebagainya, maka semakin banyak pula yang mendoakan Anda. Allah berfirman "Manusia mendoakan kejahatan terhadap manusia lain sebagaimana ia mendoakan kebaikan terhadap orang tersebut." Seseorang sering kali ketika melihat yang buruk-buruk akan mendoakan yang buruk-buruk pula. Inilah yang kemudian membahayakan diri sendiri. Seseorang berprasangka buruk tanpa melakukan introspeksi terlebih dahaulu. Sebagai contoh, seorang perempuan yang tidak menutup aurat, disangka tidak melaksanakan syari'at. Lalu kemudian yang berprasangka adalah perempuan yang menutup aurat. Betapa terpelesetnya kita ketika pada kenyataannya adalah berbanding terbalik dengan apa yang dipersepsikan.
      
      Kemasan tidak selamanya sesuai dengan penyajian. Tidak jarang kita jumpai yang memodifikasi kemasan sebaik mungkin untuk menutup aib-aibnya. Hal ini terkait dengan berprasangka yang terlalu baik pada seseorang. Ketika berprasangka baik pada seseorang jenis tersebut, maka bersiaplah kita tertipu oleh kepercayaan yang kita berikan terhadapnya. Hal ini berarti ketika berprasangka terlalu baik terhadap seseorang maka terdapat unsur ketidak mungkinan ketika ia melakukan suatu perbuatan yang tidak menggambarkan karakter yang diperlihatkan. Sebagaimana karakter baiknya yang nampak, namun ada sebuah perilaku tidak terpuji yang bersembunyi di balik yang nampak. Jika saja hal ini terjadi pada makanan, maka ada tiga kemungkinan. Kemungkinan yang pertama: gambar penyajian yang tertera pada kemasan yang tidak sesuai dengan penyajian aslinya namun tidak mengundang mudarat, yang kedua: gambar penyajian pada kemasan tidak sesuai dengan penyajian aslinya namun tidak juga mengundang mudarat, yang ketiga: gambar penyajian pada kemasan sesuai dengan penyajian aslinya namun ternyata ada unsur babi di dalamnya. Kemungkinan ketiga inilah yang paling dihindarkan. Dengan kata lain "ekspektasi tidak sesuai dengan realita" . Dan, di sinilah peranan kita untuk selalu mencari kebenaran yang sebenar-benarnya benar.

      Berprasangka baik dan buruk sudah semestinya dipertimbangkan. Lantaran keduanya sama-sama mengecoh. Orang yang cerdas pasti tahu caranya menyesuaikan diri. Orang cerdas tidak henti-hentinya berintrospeksi diri. Mengamati segala hal yang ada di sekelilingnya. Membuat ia mampu membandingkan antara ia yang kemarin dengan ia pada hari ini. Ia mampu membandingkan yang mana patut atau tidak patut dicontoh. Ada sahabat yang menjelma jadi musuh dan ada musuh yang menjelma jadi sahabat. Seperti itulah kenyataan bermain. Sedangkan prasangka, berprasangka baik (husnuzhan) adalah jauh lebih baik ketimbang berprasangka buruk (su'uzhan) Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah SAW bahwa memberi maaf jauh lebih baik daripada membalaskan dendam.

      Ada sesuatu hal yang patut kita berhati-hati yaitu prasangka itu sendiri. Kadang kita berprasangka buruk pada orang lain namun pada kenyataannya prasangka itu jatuh pada diri kita sendiri. Seperti halnya yang terjadi pada Ibra beberapa pekan lalu. Ia menyangka temannya mencuri uang untuk membeli sepatu yang diinginkan. Tetapi pada kenyatannya Rony temannya  telah adalah seorang anak tunggal dari Kepala Sekolahnya. Tidak ada yang tahu tentang fakta Rony tersebut. Sehingga membeli sepatu semahal apapun adalah hal yang lumrah baginya. Sedangkan Ibra dan temannya memang selalu bersama. Namun, ibarat kata mereka selalu bersama namun yang Ibra ketahui dari temannya itu sebatas kulit-kulitnya saja. Ia tidak begitu mengenal Rony sebaik yang ia pikirkan. Beberapa waktu lalu Ibra telah membeli sepatu yang ia idamkan. Sepatu yang tergolong mahal dan trend dipakai oleh anak-anak muda jaman sekarang. Namun ternyata uang yang ia gunakan adalah hasil menjual barang-barang elektronik seperti handphone yang ia curi di beberapa rumah di sekitar kediamannya. Terkait hal tersebut, Ibra berprasangka kepada Rony sebagaimana Ibra berprasangka pada dirinya sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang yang berprasangka terhadap orang lain adalah tidak terlepas dari pengalamannya sendiri. Apa yang orang gambarkan terhadap orang lain adalah bentuk penggambaran karakter dirinya sendiri. Ada pula uangkapan yang mengatakan "ketika Anda menyinggung orang lain maka yang duluan tersinggung adalah diri Anda sendiri". Ungkapan tersebut secara tidak langsung memberikan kita peringatan bahwa kita tidak bisa mengekstrospeksi orang lain sebelum mengintrospeksi diri sendiri. Karena pada hakikatnya ketika kita memberikan gambaran kita terhadap orang lain maka kita seperti menggambarkan diri kita sendiri.

      Berprasangka itu manusiawi. Dalam Al-Qur'an telah dijelaskan tentang prasangka yang merupakan salah satu sifat manusia. Dan, kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan mereka sendiri. Allah berfrman  "Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
(QS. Yunus: 36). Ayat ini telah menegaskan bahwa hanya Allah mengetahui segala sesuatu yang kita kerjakan. Terlebih niat kita dalam melakukan segala sesuatu. Prasangka juga tidak hanya sebatas perkara sesama manusia. Tetapi manusia juga berprsangka kepada Tuhannya (Allah). Dalam hal ini Abu Hurairah mengatakan dalam hadisnya:

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]

      Sebagaimana hadis di atas telah menjelaskan bahwa Allah sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Husnuzhan terhadap Allah, itulah prasangka yang semestinya kita tanamkan dalam diri kita. Termasuk misalnya husnuzhan dalam berdoa. Kita sudah sepatutnya berdoa dengan meyakini bahwa doa kita akan terkabul dengan terus menerus berdoa. Hal ini telah menunjukkan sifat husnuzhan kita terhadap-Nya. Akan tetapi, ada hal yang perlu diperhatikan agar doa menjadi terkabul yaitu dengan menghindari pantangan-pantangan yang dapat menghalangi terkabulnya doa.

اُدْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi, no. 3479. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

      Berprasangka baik (husnuzhan) terhadap Allah SWT semestinya menjadi kebiasaan kita. Yaitu dengan mengingat-Nya di setiap keadaan. Bukan hanya mengingat pada saat dalam keadaan susah, tetapi juga mengingat-Nya dalam keadaan suka (senang). Karena Allah berfirman bahwa Allah akan mengingat hamba yang mengingat-Nya bahkan di hadapan makhluk yang lebih mulia daripadanya yaitu malaikat. Begitupun berprasangka terhadap sesama. Kita mesti menjauhi sifat su'uzhan terhadap sesama. Tetapi tidak pula kita luput dengan memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi ketika kita berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini bukan berarti kita su'uzhan, tetapi kita hanya menghindari kemungkinan terburuk yang akan menimpa diri sendiri. Seseorang mesti tahu kapan ia harus husnuzhan terhadap sesamanya untuk menghindari hal-hal yang tidak seharusnya terjadi.

~Fastabiqul Khaerat~

 

     

     

Cangkir Lebih Penting dari Isinya?

                 

      Keindahan terkadang menenggelamkan sesorang dari lautan yang dangkal. Banyak  berpikir bahwa yang indah itu berarti baik. Sekalipun itu tidak terlontarkan dari mulut mereka tetapi tindakannya seolah menganggap demikian. Padahal apa yang terlihat indah belum tentu baik. Perihal indah, ada yang menarik ada pula yang tidak menarik. Yang menjadi pada manusia adalah ketertarikannya pada sesuatu yang indah tapi bersifat sementara. Memang tidak ada yang kekal di dunia ini. Semuanya akan pudar seiring berjalannya waktu. Namun sadarkah kita betapa pentingnya sebuah visual (tampilan) yang menarik? Realitas memang selalu berbanding terbalik dengan apa yang kita harapkan. Penampilan adalah hal yang paling utama diperhatikan oleh setiap orang. Bahkan makanan pun yang menjadi pusat perhatian adalah kemasannya. Apabila ia rusak berarti tidak layak dibeli. Hanya diperlukan waktu setengah sampai tiga puluh detik bagi mereka untuk menjatuhkan vonis penilaian pada diri kita. Begitu impresi pertama itu tercipta, nyaris tidak mungkin bagi mereka untuk mengubah pikiran. Coba renungkan sejenak berapa banyak tawaran yang gagal kita raih dan kesempatan yang lewat begitu saja karena pribadi kita divonis berdasarkan penampilan yang kurang menarik?

      Memang benar, menilai seseorang dari luarnya saja tidak cukup. Akan tetapi, kebanyakan orang berpikir bahwa jika tampilan luarnya saja sudah tidak menarik apalagi dalamnya. Tampilan yang menarik tentu akan mengundang rasa penasaran. Termasuk tulisan ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penampilan adalah objek pertama yang dinilai oleh setiap orang. Bahkan kita akan divonis tidak sopan jika berpenampilan tidak menarik. Terlebih lagi ketika hendak menghadiri suatu pesta, namun seseorang mengenakan pakaian sehari-hari untuk menghadiri pesta tersebut, maka bisa jadi orang ini akan dianggap tidak sopan oleh pemilik pesta tersebut.

      Selanjutnya, penampilan lagi dan lagi menjadi dasar penghargaan orang lain terhadap seseorang. Orang yang berpenampilan dengan barang-barang mewah serta mahal akan dihargai lebih oleh orang banyak. Perlakuan yang sopan tidak henti-hentinya diberikan kepada orang tersebut. Seperti halnya dalam suatu perkumpulan ibu-ibu arisan, akan ada ajang pamer perhiasan satu sama lain. Namun karena hanya satu orang diantaranya selalu memakai perhiasan yang paling mahal dan mewah, akhirnya dialah yang selalu mendapat perlakuan istimewa di kalangannya. Bentuk perlakuan ini tidak terlepas dari sudut pandang setiap orang ketika berada di suatu tempat. Orang yang menganggap penampilan adalah segalanya biasanya hanya bergaul dengan sesamanya. Sehingga tercipta perlakuan saling menguntungkan di dalamnya. Berbeda dengan yang menganggap penampilan bukanlah segalanya. Mereka secara pergulan sudah dipastikan tidak akan pilih-pilih. Dan juga tidak akan menilai orang berdasarkan penampilan. Melainkan menilai seseorang dari segi aspek lainnya. Namun demikian, orang jenis ini jarang ditemukan di masyarakat. Kebanyakan diantara masyarakat baik golongan kelas kaya maupun miskin sering kali menjadikan penampilan sebagai tolak ukur dihargainya seseorang. Sebagai contoh misalnya, perbandingan antara pencapaian si Kaya dan si Miskin. Lalu diberi ucapan selamat disertai dengan kado. Si kaya dapat kado yang yang harganya selevel dengan seleranya sedangkan si Miskin dapat hadiah yang selevel pula dengan seleranya. Sedangkan hadiah akan mendapat nilai lebih jika ia berupa sesuatu yang langka. Namun yang terjadi tidak demikian. Hanya karena Orang yang memberi hadiah ini ingin diakui berada, maka dari itu dia berusaha mati-matian untuk memperjuangkan jiwa sosialitanya. Dengan memberikan hadiah yang mahal kepada si Kaya maka ia akan dihargai oleh si Kaya. Meskipun sebenarnya ia tidak tergolong tidak mampu. Barangkali itulah pemikirannya.

      Banyak peluang yang mengandalkan penampilan. Oleh karenanya kita dituntut agar mengutamakan yang namanya penampilan. Ada ungkapan yang mengatakan "jangan nilai sesuatu dari covernya". Yang menarik adalah ungkapan tersebut tidak sesuai dengan tuntutan realitas. Ada juga ungkapan yang mengatakan "seseorang akan mencari cerminan dari dirinya". Artinya seseorang akan menilai sesuai dengan apa yang ada pada dirinya. Jika orang ini penampilannya selalu dan suka yang sederhana maka ia akan mencari yang sederhana pula. Akan tetapi, tindakannya tidak pernah sesuai dengan yang ia utarakan. Dia mengatakan A namun tidakannya ternyata B. Jadi, kita tidak perlu mengeluarkan celoteh yang tidak sesuai dengan realita yang ada. Bukan berarti kita tidak menghendaki perubahan. Namun kita semestinya senantiasa berinstrospeksi diri sebelum melakukan ektrospeksi diri terhadap orang lain. Karena apa yang kita nilai dari orang lain tidak terlepas dari pengalaman kita sendiri. Sehingga ketika kita menilai orang lain, pada hakikatnya kita sedang menilai diri sendiri. Orang lain yang dikatai penakut, ternyata kita jauh lebih penakut. Dengan demikian, persepsi tentang penampilan bagi tiap-tiap orang, meskipun berbeda, akan tetapi mereka akan tetap dipertemukan dengan realita yang ada.

       kemudian apakah penampilan tidak tergolong kualitas diri? sepintas kita akan mengatakan tidak. Namun bagaimana dengan guru yang berhadapan dengan siswanya? apakah ia mampu meyakinkan siswanya dalam proses pembelajaran? Tentu saja tidak. Guru yang berpenampilan dengan pakaian tidak rapi atau acak-acakan akan menimbulkan pusat perhatian bagi siswanya. Sedangkan guru merupakan sosok yang menjadi model bagi siswanya. Sehingga apabila ia berpenampilan rapi, ia akan dinilai lebih etis oleh siswanya sendiri dan juga para guru lainnya. Selain itu, secara tidak langsung guru juga telah mengajak siswanya agak berpenampilan rapi ketika hendak ke sekolah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penampilan adalah termasuk kualitas diri.

      Berbicara tentang kualitas diri, ada ungkapan yang menarik "jangan sibuk memperindah cangkir sedangkan isinya kau lupakan bahwa itu jauh lebih penting." Memang benar kita tidak boleh mengabaikan isi. Tetapi ungkapan ini lebih cocok pada mereka yang hobi bermewah-mewahan. Namun lupa akan kualitas dirinya yang berupa isi. Penampilan yang diibaratkan sebagai cangkir dan kualitas diri diibaratkan sebagai isi cangkir. Terdapat beberapa kalangan yang lupa akan isi. Dan itu tidak luput dari perhatian orang-orang tertentu. Akan tetapi, kembali kita memposisikan diri kita masing-masing. Bahwa setiap orang memiliki pandangannya masing-masing. Jika kita hendak menilai orang lain, maka hendaknya kita tidak hanya mengandalkan indra penglihatan. Belum tentu mereka yang berpenampilan mewah tidak mengisi dirinya dengan ilmu. Bisa jadi dia unggul di kedua-duanya. Unggul dalam hal penqmpioan maupun ilmu. Sementara subjek yang menilai terkadang terkadang tidak memiliki salah satunya. Sehingga ketika ia hendak menilai orang lain, ia seolah menilai dirinya sendiri. Sesibuk-sibuknya kita adalah memperbaiki diri masing-masing. Bukannya sibuk menilai orang lain. Sepintar-pintarnya kita memberi contoh adalah dengan praktik.

       Berpenampilan menarik sudah pasti indah dipandang. Segala sesuatu yang memiliki nilai estetika yang tinggi akan lebih diperhatikan dibanding yang lain. Tidak jarang orang-orang memperindah penampilan hanya karena haus akan sanjungan. Di sinilah peranan penampilan yang indah kembali dimanfaatkan untuk mendapat perhatian berupa sanjungan. Hal ini dikarenakan manusia memiliki salah satu fitrah yaitu selalu ingin diperhatikan. Begitu pula ketika Anda berceramah di suatu tempat umum. Maka yang menjadi perhatian utama adalah penampilan yang estetik. Penampilan yang estetik juga menambah nilai jual segala sesuatu. Orang yang haus akan sanjungan dari segi penampilan biasanya akan mencari berbagai cara agar apa yang ia inginkan bisa tercapai. Bahkan seseorang yang berbicara di depan kita. Apabila pembawaannya kurang menarik termasuk sikapnya, maka tidak akan ada orang yang memperhatikannya. Orang yang berada di kalangan kelas atas rata-rata memandang berbagai hal dari segi penampilan mewah Sehingga apapun itu akan terlihat indah ketika sesuatu itu termasuk kategori mewah. Ukuran mewah sendiri beragam. Jadi, penampilan pada hari ini tidak mesti dinilai dari segi mewah atau tidaknya, mahal atau murahnya, dan sebagainya.

      Jadi penampilan tidak mesti menyesuikan dengan kualitas diri berupa isi lantas memperbaikinya. Namun, alangkah baiknya jika cangkir beriringan dengan kualitas isinya. Ibarat kata "sampul tidak menghianati isi". Dengan demikian seorang perempuan tidak mesti baik akhlaknya dulu baru menutup aurat. Namun menutup aurat lebih baik jika sambil beriringan memperbaiki akhlaknya. 
    

Perubahan? Mencari Jati Diri yang "terbuang"

Perubahan? Mencari Jati Diri yang "terbuang"

      Pernahkah kalian berpikir bahwa ada sesuatu yang tidak pernah berubah di dunia ini? Tentu saja perubahan itu sendiri. Seperti apakah itu perubahan? apa yang perlu diubah? dan berawal dari manakah perubahan itu terjadi? Seorang guru yang bercita-cita ingin sukses di bidangnya. Namun dia begitu terkungkung dengan realita yang ada. Dia adalah salah seorang yang menjadi trending fashion di kalangan para guru muda di Sekolah yang bertajuk sekolah Swasta favorit yang setingkat dengan SMA. Sebut saja Kota Belok. Guru ini bernama Ibu Lola.  Secara materi, dia tergolong pas-pasan. Dia tidak menyadari bahwa dirinya bukanlah dirinya yang sebenarnya. Lantaran pembawaannya yang selalu seperti dibuat-buat selayaknya orang kaya. Sosok guru tidak perlu meniru orang lain agar mendapat sanjungan dari orang lain. Dia selalu meniru cara berpenmpilan salah satu guru yang juga menjadi trending fashion di kalangan para guru di sekolah itu sendiri. Guru yang kebanyakan memakai barang-barang mewah namun sesuai dengan isi dompetnya. Apalah daya seorang Ibu Lola ini selalu mengikuti model para guru yang tidak sepadan dengannya. Memang Sekolah tersebut sebagian besar penghuninya adalah kebanyakan orang kaya. Sehingga seseorang yang memasukinya tidak menutup kemungkinan untuk mengikuti kebanyakan diantara mereka. Terutama dari segi cara berpenampilan. Itulah yang terjadi pada Ibu Lola yang berusaha menyepadankan diri dengan mereka. Hal ini dikarenakan pemikiran Ibu Lola yang ingin menjadi teladan bagi siswanya hanya sebatas penampilan.

      Guru tidak perlu melakukan perubahan semacam itu. Guru tidak perlu melakukan segala sesuatu jika hanya untuk disanjung. Orang yang haus sanjungan adalah orang yang tidak berani menjadi diri sendiri. Guru semestinya menjadi teladan bagi siswanya. Cukup berpenampilan apa adanya dan rapi. Itu sudah menunjukkan contoh bentuk teladan yang diperlihatkan oleh guru. Melakukan perubahan sejenis Ibu Lola sama dengan tidak adil pada diri sendiri. Kecuali di dalam perubahan yang ia lakukan tidak ada unsur paksaan. Ada banyak hal yang bisa membuat diri menarik sebagai guru. Agar menjadi sosok teladan bagi siswa dan disanjung oleh orang lain baik siswa maupun para guru lain di lingkungan sekolah. Berpenampilan dan bersikap menarik bukan berarti harus tampil dengan barang-barang mewah atau glamour lantas menjadi terlihat menarik. Tetapi cukup mengenakan pakaian rapi, sopan dan menarik sehingga dapat meningkatkan minat belajar peserta didiknya. Secara tidak langsung, setelan pakaian yang demikian berdampak pada pembawaan sikap. Orang yang berpenampilan rapi, sopan dan menarik sangat jarang berperilaku atau bersikap tidak santun. Sebaliknya, ia akan menempatkan diri di setiap keadaan dengan santun.

      Ibu Lola selama ini telah melakukan perubahan. Namun sangat disayangkan perubahannya itu seolah memposisikan dirinya sebagai orang lain. Seseorang seharusnya memperkenalkan dirinya terlebih dahulu pada dirinya sendiri. Sehingga mampu mengenal kelebihan dan kekurangannya. Dengan demikian, seseorang dapat melakukan perubahan dalam dirinya. Apakah menambah yang kelebihan dan mengurangi yang kekurangan. Atau bahkan Mengurangi yang kelebihan dan menambah yang kekurangan. Perubahan yang dimaksud di sini tentunya ke arah yang positif. Jangan acuh dan enggan memahami diri sendiri. Pribadi yang kreatif tentu akan mencoba mencari tahu perihal jati dirinya. Namun seorang guru tidak perlu mencari jati dirinya ke sana kemari seperti halnya Jackie Chan dalam film "Who am I"  yang mengajak penonton menelusuri jati dirinya yang "terbuang". Terkait hal ini, cara mengetahui jati diri atau memahami diri sendiri dapat dilakukan dengan refleksi diri atau dalam bahasa Arab dengan muhasabah. Dimana seorang guru mesti bercermin pada diri sendiri mengenai tujuan mengajar, siapa dan bagaimana manusia pembelajar, apa tugas dan fungsi seorang guru, kapan dan di mana guru mengajar, mengapa peserta didik perlu diajari dan pertanyaan-pertanyaan lain yang menyangkut pembelajaran itu sendiri. Kita juga mesti menyadari bahwa yang mengetahui diri kita adalah kita sendiri, bukan orang lain. Bahkan orang terdekat pun tidak mengetahui diri kita sepenuhnya, kecuali sisi luarnya. Dan jika kita tidak mengetahui hakikat diri sendiri, kita pun akan menjadi layaknya bebek yang ikut ke sana kemari menguntit tuannya.

      Itulah yang terjadi pada Ibu Lola yang seolah mempertuankan realita yang ada di sekelilingnya akibat dari ketidak tahuannnya tentang hakikat dirinya sendiri sebagaimana mestinya seorang guru bersikap. Dia telah mengikut pada trend yang ada sehingga ia melakukan perubahan dengan unsur keterpaksaan. Seorang guru justru harus berani menjadi diri sendiri. Berani menjadi diri sendiri tentu tidaklah mudah. Berani menjadi diri sendiri berarti tidak terkungkung oleh realitas dan tekanan dari lingkungan. Apabila kita ingin orang lain tertarik kepada kita, maka jadilah diri sendiri. Kunci menjadi diri sendiri berakar pada penggunaan potensi diri, bukan berakar dari penampilan luar semata. Berani menjadi diri sendiri bukan berarti menutup diri untuk terus belajar. Sebab perubahan hadir sebagai hasil dari pembelajaran. Oleh karena itu, sebagai guru yang cerdas mesti mampu mengupayakan agar proses belajar mengajar lebih menyenangkan dengan optimalisasi diri. Berani menjadi diri sendiri sama dengan tidak menyiksa diri. Jangan takut berbeda dengan orang lain.

      Adapun inspirasi yang paling efektif dilakukan oleh guru ialah melalui tindakan dan perilaku guru sendiri. Disadari atau tidak, perilaku guru acap menjadi rujukan peserta didik dalam bertindak. Seperti sebuah ujaran "guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Seperti itulah cara peserta didik bertindak. Ia akan mengikuti bahkan melakukan yang lebih parah dari yang guru lakukan. Terdapat banyak cara untuk menginspirasi peserta didik. Tidak hanya dari segi penampilan, tetapi juga dengan melalui humor, motivasi, audio dan sebagainya. Akan tetapi, metode-metode yang dipakai dalam pembelajaran tidak terlepas dari karakter dasar masing-masing guru yang berbeda. Sehingga perubahan yang diinginkan tidak terjadi karena unsur tekanan, keterpaksaan dan sebagainya. Menginginkan sebuah perubahan bukan berarti seseorang tidak berpendirian. Namun melalui perubahan bisa jadi melahirkan hal-hal yang positif dan menggugurkan hal-hal yang negatif.
      
     

Merdeka Lahir, Batin Terjajah

Kisah inspiratif "Merdeka Lahir, Batin Terjajah




Merdeka Lahir Batin Terjajah


      Malaikat? Iya, sekilas ketika kau melihatnya kau seperti melihat sosok malaikat. Dia begitu baik pada semua orang, sopan, penuh perhatian, dermawan, suka menolong yang sedang kesusahan. Itulah dia. Dia adalah pribadi yang begitu malaikat. Tetapi tidak ada yang bisa menyangka bahwa dia hanya baik di depan orang banyak. Ini bukan bentuk kecemburuan Leni yang tinggal di sebuah gubuk  dengan sepupunya yang tinggal di sebuah rumah mewah. Ibaratnya seperti itu. Namun pada kenyataannya mereka sebenarnya tinggal di atap yang sama. Sepupunya bernama Fany. Dialah yang selalu memberikan pertolongan kepada Leni. Apalah daya Leni selalu menerima bantuannya. Lantaran dia tidak punya alasan untuk menolaknya. Itulah yang terkadang membuat Leni merasa diinjak-injak. Seolah ia telah diperbudak. Dia selalu mengerjakan segalanya di rumah itu namun Leni tetap tidak pernah mau menyerah ataupun lelah. Sedangkan Fany dia selalu meminta balasan atas perbuatan baiknya. 
        Inikah yang namanya malaikat? Leni pun berbicara seorang diri di dapur sambil merontah-rontah ketika mencuci piring kotor yang sudah dipakai oleh sepupunya. Dia memang selalu diperlakulan baik oleh Fany. Akan tetapi, selalu ada maksud dari perbuatan baiknya. Leni merasa terpenuhi segala kebutuhan lahiriahnya namun itu semua berasal dari sepupunya. Dan ternyata ituenjadi bahan gosip di depan teman-teman sepupunya. Hal inilah yang membuat Leny sakit hati. Dia tidak menyangka bahwa apa yang ia dapatkan selama ini pada hakikatnya hanyalah sebuah hinaan yang diperhalus. 
       Sempat terbersit di pikiran Leni untuk membalas perbuatan sepupunya yang baik hati namun di depan orang banyak. Namun ia teringat dengan kata-kata yang pernah ia baca pada novel bertajuk keagamaan. "Jika kalian ingin melakukan pembalasan, balaslah sesuai dengan yang mereka lakukan kepadamu, tetapi sesungguhnya memberikan maaf itu jauh lebih baik bagi orang-orang yang sabar", kata-kata ini seolah seperti tamparan bagi Leny. Apa yang pikirkan sebelumnya menjadi buyar. Sejak saat itu Leni selalu mengingat kata-kata dan muncullah sebuah motivasi dalam dirinya bahwa ketika ia melakukan pembalasan terhadap perbuatan keji orang-orang di sekitarnya, itu berarti ia tidak ada bedanya dengan orang-orang tersebut.
       Leni memang sosok yang handal dalam mengontrol dirinya ketika mendapati sebuah perlakuan tidak adil. Ia memiliki motivasi tersendiri dalam dirinya. Berbiacara tentang pengalaman tentang perlakuan seperti itu adalah hal yang biasa baginya. Sehingga ketika ia melihat teman-temannya diperhadapkan dengan situasi seperti itu, dia tatkala memberikan motivasi kepada temannya agar tidak membalas perbuatan buruk orang lain apabila itu masih ditangani oleh kata sabar. Sosok Leni pun kemudian bangkit dan berusaha berjalan pada jalurnya. Ia menyadari bahwa setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Tidak semua yang kita inginkan itu pula yang terjadi. Selalu ada campur tangan tuhan di setiap aktivitas. Dan selalu ada pula dorongan usaha dalam diri seseorang agar kata sabar tidak selalu ditafsirkan DIAM tanpa melakukan apapun. Hal ini yang kemudian diyakini oleh Leni dalam kesehariannya sehingga tidak ada lagi prasangka buruk dalam pikirannya terhadap orang lain. 
       Sadar tidak sadar, semua orang memang saling membutuhkan. Yang berlaku di masyarakat terkadang menjadi tolak ukur bagaimana seharusnya perilaku setiap orang. Tidak sedikit diantara mereka yang selalu mengaharapkan imbalan atas suatu perbuatan. Leni kembali bergurau dengan kesendiriannya di balik pintu kamar yang retak. "setiap individu pada hakikatnya ketika membantu orang lain, sebenarnya itu untuk dirinya sendiri". "Lantas apa yang salah dengan hal itu?" ujar Leni bertanya kepada dirinya sendiri sambil tertawa. "Iya, aku akan berdamai denganmu, tetapi kamu harus ingat satu hal, berbuatlah sesukamu maka semua itu akan kembali kepadamu (dampaknya)". Bagian ini selalu menjadi bagian terfavorit dalam hidup Leni. Besepakat dengan dirinya telah menjadi rutinitas ketika ia mendapat situasi segan maupun renggang.


Motivasi Hidup

 Hadiah Tak Terduga

Tidak ada sesuatu yang mustahil di dunia ini. Sekalipun sesuatu itu terkesan seperti gurauan.
Terkisah seorang receptionis hotel berbintang lima menerima tamu sepasang suami istri. Mereka sudah lanjut usia. Sebelumnya ia adalah seorang pendatang di kota itu. Mereka datang ke kota tersebut dengan tujuan berlibur. 
      Sepasang suami istri ini tiba-tiba terjebak hujan di perjalanan pulang ke kediamannya. Akhirnya mereka memutuskan untuk booking satu kamar di hotel terdekat yang mereka dapati. Sesampai di hotel tersebut, receptionist dengan senyuman manisnya menyambut sepasang suami istri tersebut. Namun sangat disayangkan, tidak ada kamar kosong yang tersedia pada saat itu. Akan tetapi, seorang receptionist ini dengan kemurahan hatinya mengatakan "bapak & ibu, maaf sebelumnya tidak ada kamar kosong untuk malam ini, namun apabila Anda tidak keberatan Anda boleh menginap di tempat saya meskipun hanya tempat yang sempit namun saya berpikir Anda bisa istirahat menghangatkan diri di sana bersama istri Anda." "Pribadi seperti Anda adalah sosok yang lebih layak jadi pemilik hotel" kata Bapak tua tersebut sambil tersenyum. Seketika receptionist tersebut terdiam dan menunduk sambil tersenyum seolah menganggap perkataan Bapak tersebut hanya gurauan.
       Tidak lama selang waktu setelah kejadian tersebut, Bapak tua tersebut menemui receptionist yang ia pernah janjikan sebuah hotel. Tanpa berpikir panjang, ia pun membawa receptionis tersebut. Sementara receptionis masih bingung akan dibawa ke mana sebenarnya dirinya. Setelah sampai di tempat tujuan, turunlah keduanya dari mobil tepat di depan sebuah hotel berbintang lima. "Inilah hotel untuk Anda", kata Bapak tua tersebut sambil menunjuk ke arah hotel. Sang receptionis pun tercengang melihat hotel tersebut seolah ia diperhadapkan dengan fenomena langka yang tidak pernah terbersit di pikirannya. Ia lalu menerima pemberian tersebut dan sangat berterima kasih serta berjanji akan menjaga pemberian tersebut. 



Value: Kita tidak pernah tahu perbuatan baik kita yang mana yang akan mengantarkan pada kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Bisa jadi pula, perbuatan baik yang kita lakukan itu sepele namun balasannya adalah sesuatu yang besar.
Jangan memikirkan hasil dulu, hasil itu belakangan. Kita bisa berasumsi akan hasilnya tetapi itu bukan ukuran seberapa keras (usaha) kita akan berbuat. Just do it!


Jangan Nilai Covernya



Jangan Nilai Covernya

     Suatu hari,  seorang laki-laki masuk di restorant yang tergolong elit dengan baju compang camping. Restorant ini adalah salah satu restorant terbaik yang ada di London.  Baik makanan maupun minuman yang ada di sana serba mahal dan hampir tidak masuk di akal harganya. Lelaki itu bukannya disambut dengan baik oleh pelayannya tetapi justru diusir oleh satpam restorant tersebut sambil mengatakan "pergi sana! Tempatmu bukan di sini." Nampak seorang laki-laki tersebut berusaha meyakinkan dengan mengatakan "saya bisa kok membeli semua makanan yang ada di sini,  bahkan restorantnya juga bisa saya beli sekaligus."
Akhirnya didepak juga laki-laki ini keluar restorant oleh satpamnya. 
     Keesokan harinya laki-laki ini kemudan datang lagi ke restorant yang dikunjungi sebelumnya. Namun dengan penampilan yang rapi layaknya seorang konglomerat yang sudah tidak diragukan lagi kekayaannya. Dia disambut dengan senyuman para pelayan dan dengan senyuman manis dan pelayanan yang sangat sopan. Tanpa berpikir panjang seorang pelayan menyediakan kursi terkhusus dan menawarkan semua jenis makanan termahal dan terlezat di restorant itu. Akan tetapi, lelaki tersebut tiba-tiba meninggalkan retorant tersebut dengan menaruh secarik kertas yang berisi tulisan "Jangan melihat seseorang dari luarnya saja." Kemudian para pelayan yang ada di sana pun tercengang melihat pesan tersebut.

_by_Yulita_Adriyanti_

Student's Experiences

Jangan Nilai Covernya

Jangan Nilai Covernya      Suatu hari,  seorang laki-laki masuk di restorant yang tergolong elit dengan baju compang camping. Rest...

Jangan Nilai Covernya