yulitaadriyanti12@gmail .com

Cangkir Lebih Penting dari Isinya?

                 

      Keindahan terkadang menenggelamkan sesorang dari lautan yang dangkal. Banyak  berpikir bahwa yang indah itu berarti baik. Sekalipun itu tidak terlontarkan dari mulut mereka tetapi tindakannya seolah menganggap demikian. Padahal apa yang terlihat indah belum tentu baik. Perihal indah, ada yang menarik ada pula yang tidak menarik. Yang menjadi pada manusia adalah ketertarikannya pada sesuatu yang indah tapi bersifat sementara. Memang tidak ada yang kekal di dunia ini. Semuanya akan pudar seiring berjalannya waktu. Namun sadarkah kita betapa pentingnya sebuah visual (tampilan) yang menarik? Realitas memang selalu berbanding terbalik dengan apa yang kita harapkan. Penampilan adalah hal yang paling utama diperhatikan oleh setiap orang. Bahkan makanan pun yang menjadi pusat perhatian adalah kemasannya. Apabila ia rusak berarti tidak layak dibeli. Hanya diperlukan waktu setengah sampai tiga puluh detik bagi mereka untuk menjatuhkan vonis penilaian pada diri kita. Begitu impresi pertama itu tercipta, nyaris tidak mungkin bagi mereka untuk mengubah pikiran. Coba renungkan sejenak berapa banyak tawaran yang gagal kita raih dan kesempatan yang lewat begitu saja karena pribadi kita divonis berdasarkan penampilan yang kurang menarik?

      Memang benar, menilai seseorang dari luarnya saja tidak cukup. Akan tetapi, kebanyakan orang berpikir bahwa jika tampilan luarnya saja sudah tidak menarik apalagi dalamnya. Tampilan yang menarik tentu akan mengundang rasa penasaran. Termasuk tulisan ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penampilan adalah objek pertama yang dinilai oleh setiap orang. Bahkan kita akan divonis tidak sopan jika berpenampilan tidak menarik. Terlebih lagi ketika hendak menghadiri suatu pesta, namun seseorang mengenakan pakaian sehari-hari untuk menghadiri pesta tersebut, maka bisa jadi orang ini akan dianggap tidak sopan oleh pemilik pesta tersebut.

      Selanjutnya, penampilan lagi dan lagi menjadi dasar penghargaan orang lain terhadap seseorang. Orang yang berpenampilan dengan barang-barang mewah serta mahal akan dihargai lebih oleh orang banyak. Perlakuan yang sopan tidak henti-hentinya diberikan kepada orang tersebut. Seperti halnya dalam suatu perkumpulan ibu-ibu arisan, akan ada ajang pamer perhiasan satu sama lain. Namun karena hanya satu orang diantaranya selalu memakai perhiasan yang paling mahal dan mewah, akhirnya dialah yang selalu mendapat perlakuan istimewa di kalangannya. Bentuk perlakuan ini tidak terlepas dari sudut pandang setiap orang ketika berada di suatu tempat. Orang yang menganggap penampilan adalah segalanya biasanya hanya bergaul dengan sesamanya. Sehingga tercipta perlakuan saling menguntungkan di dalamnya. Berbeda dengan yang menganggap penampilan bukanlah segalanya. Mereka secara pergulan sudah dipastikan tidak akan pilih-pilih. Dan juga tidak akan menilai orang berdasarkan penampilan. Melainkan menilai seseorang dari segi aspek lainnya. Namun demikian, orang jenis ini jarang ditemukan di masyarakat. Kebanyakan diantara masyarakat baik golongan kelas kaya maupun miskin sering kali menjadikan penampilan sebagai tolak ukur dihargainya seseorang. Sebagai contoh misalnya, perbandingan antara pencapaian si Kaya dan si Miskin. Lalu diberi ucapan selamat disertai dengan kado. Si kaya dapat kado yang yang harganya selevel dengan seleranya sedangkan si Miskin dapat hadiah yang selevel pula dengan seleranya. Sedangkan hadiah akan mendapat nilai lebih jika ia berupa sesuatu yang langka. Namun yang terjadi tidak demikian. Hanya karena Orang yang memberi hadiah ini ingin diakui berada, maka dari itu dia berusaha mati-matian untuk memperjuangkan jiwa sosialitanya. Dengan memberikan hadiah yang mahal kepada si Kaya maka ia akan dihargai oleh si Kaya. Meskipun sebenarnya ia tidak tergolong tidak mampu. Barangkali itulah pemikirannya.

      Banyak peluang yang mengandalkan penampilan. Oleh karenanya kita dituntut agar mengutamakan yang namanya penampilan. Ada ungkapan yang mengatakan "jangan nilai sesuatu dari covernya". Yang menarik adalah ungkapan tersebut tidak sesuai dengan tuntutan realitas. Ada juga ungkapan yang mengatakan "seseorang akan mencari cerminan dari dirinya". Artinya seseorang akan menilai sesuai dengan apa yang ada pada dirinya. Jika orang ini penampilannya selalu dan suka yang sederhana maka ia akan mencari yang sederhana pula. Akan tetapi, tindakannya tidak pernah sesuai dengan yang ia utarakan. Dia mengatakan A namun tidakannya ternyata B. Jadi, kita tidak perlu mengeluarkan celoteh yang tidak sesuai dengan realita yang ada. Bukan berarti kita tidak menghendaki perubahan. Namun kita semestinya senantiasa berinstrospeksi diri sebelum melakukan ektrospeksi diri terhadap orang lain. Karena apa yang kita nilai dari orang lain tidak terlepas dari pengalaman kita sendiri. Sehingga ketika kita menilai orang lain, pada hakikatnya kita sedang menilai diri sendiri. Orang lain yang dikatai penakut, ternyata kita jauh lebih penakut. Dengan demikian, persepsi tentang penampilan bagi tiap-tiap orang, meskipun berbeda, akan tetapi mereka akan tetap dipertemukan dengan realita yang ada.

       kemudian apakah penampilan tidak tergolong kualitas diri? sepintas kita akan mengatakan tidak. Namun bagaimana dengan guru yang berhadapan dengan siswanya? apakah ia mampu meyakinkan siswanya dalam proses pembelajaran? Tentu saja tidak. Guru yang berpenampilan dengan pakaian tidak rapi atau acak-acakan akan menimbulkan pusat perhatian bagi siswanya. Sedangkan guru merupakan sosok yang menjadi model bagi siswanya. Sehingga apabila ia berpenampilan rapi, ia akan dinilai lebih etis oleh siswanya sendiri dan juga para guru lainnya. Selain itu, secara tidak langsung guru juga telah mengajak siswanya agak berpenampilan rapi ketika hendak ke sekolah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penampilan adalah termasuk kualitas diri.

      Berbicara tentang kualitas diri, ada ungkapan yang menarik "jangan sibuk memperindah cangkir sedangkan isinya kau lupakan bahwa itu jauh lebih penting." Memang benar kita tidak boleh mengabaikan isi. Tetapi ungkapan ini lebih cocok pada mereka yang hobi bermewah-mewahan. Namun lupa akan kualitas dirinya yang berupa isi. Penampilan yang diibaratkan sebagai cangkir dan kualitas diri diibaratkan sebagai isi cangkir. Terdapat beberapa kalangan yang lupa akan isi. Dan itu tidak luput dari perhatian orang-orang tertentu. Akan tetapi, kembali kita memposisikan diri kita masing-masing. Bahwa setiap orang memiliki pandangannya masing-masing. Jika kita hendak menilai orang lain, maka hendaknya kita tidak hanya mengandalkan indra penglihatan. Belum tentu mereka yang berpenampilan mewah tidak mengisi dirinya dengan ilmu. Bisa jadi dia unggul di kedua-duanya. Unggul dalam hal penqmpioan maupun ilmu. Sementara subjek yang menilai terkadang terkadang tidak memiliki salah satunya. Sehingga ketika ia hendak menilai orang lain, ia seolah menilai dirinya sendiri. Sesibuk-sibuknya kita adalah memperbaiki diri masing-masing. Bukannya sibuk menilai orang lain. Sepintar-pintarnya kita memberi contoh adalah dengan praktik.

       Berpenampilan menarik sudah pasti indah dipandang. Segala sesuatu yang memiliki nilai estetika yang tinggi akan lebih diperhatikan dibanding yang lain. Tidak jarang orang-orang memperindah penampilan hanya karena haus akan sanjungan. Di sinilah peranan penampilan yang indah kembali dimanfaatkan untuk mendapat perhatian berupa sanjungan. Hal ini dikarenakan manusia memiliki salah satu fitrah yaitu selalu ingin diperhatikan. Begitu pula ketika Anda berceramah di suatu tempat umum. Maka yang menjadi perhatian utama adalah penampilan yang estetik. Penampilan yang estetik juga menambah nilai jual segala sesuatu. Orang yang haus akan sanjungan dari segi penampilan biasanya akan mencari berbagai cara agar apa yang ia inginkan bisa tercapai. Bahkan seseorang yang berbicara di depan kita. Apabila pembawaannya kurang menarik termasuk sikapnya, maka tidak akan ada orang yang memperhatikannya. Orang yang berada di kalangan kelas atas rata-rata memandang berbagai hal dari segi penampilan mewah Sehingga apapun itu akan terlihat indah ketika sesuatu itu termasuk kategori mewah. Ukuran mewah sendiri beragam. Jadi, penampilan pada hari ini tidak mesti dinilai dari segi mewah atau tidaknya, mahal atau murahnya, dan sebagainya.

      Jadi penampilan tidak mesti menyesuikan dengan kualitas diri berupa isi lantas memperbaikinya. Namun, alangkah baiknya jika cangkir beriringan dengan kualitas isinya. Ibarat kata "sampul tidak menghianati isi". Dengan demikian seorang perempuan tidak mesti baik akhlaknya dulu baru menutup aurat. Namun menutup aurat lebih baik jika sambil beriringan memperbaiki akhlaknya. 
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Student's Experiences

Jangan Nilai Covernya

Jangan Nilai Covernya      Suatu hari,  seorang laki-laki masuk di restorant yang tergolong elit dengan baju compang camping. Rest...

Jangan Nilai Covernya